Rabu, 03 Juni 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia mampu memikirkan alam raya ini, dari mikrobiologi hingga yang sifatnya makro, semisal benda-benda angkasa. Namun semuanya belum mampu terpecahkan oleh manusia. Sehingga rahasia alam dapat disingkap manusia untuk memenuhi keperluan hidupnya di dunia ini. Prestasi ini dapat kita lihat dalam berbagai jurnal ilmiyah atau tayangan discovery di televise. Sungguh suatu penemuan yang menakjubkan dan mengagumkan. Miskipun ia sanggup menyingkap berbagai rahasia alam yang begitu mengagumkan, namun sesungguhnya manusia belum mampu menguak misteri terbesar bagi dirinya yakni mengenal dirinya sendiri. Berangkat dari sini maka pemahaman mengenai jatidiri menjadi sangat penting, tulisan ini sedikit banyak mengungkap hal tersebut yakni berkaitan proses penciptaan manusia dari perpektif ayat-ayat al Qur’an, hubungan antara Khaliq (Pencipta) dan makhluq (yang diciptakan), konsekuensi sebagai makhluq. Mengenai tugas ataupun fungsi manusia di bumi ini, hal ini berkaitan dengan pertanyaan untuk apa ia diciptakan . Juga mengenai dari mana ia berasal dan akan ke mana ia pergi. Kecenderungan-kecenderungan manusia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Hakikat Manusia & Asal Usul Penciptaannya

1.1. Bagaimanakah Proses Penciptaan Manusia?

1.2. Bagaimanakah Tahapan Kejadian Manusia?

1.3. Bagaimanakah Proses Kejadian Manusia menurut Petunjuk Alquran & Sunah?

2. Fitrah Manusia

3. Karakteristik Manusia

4. Kedudukan Manusia

4.1 Bagaimana Kedudukan Manusia Sebagai Khalifah?

4.2 Bagaimana Pembagian Manusia Sebagai Hamba Tuhan Sekaligus KhalifahNya ?

4.3 Bagaimana Kedudukan Pria dan Wanita ?

5. Misi dan Fungsi Penciptaan

Apa sajakah misi manusia ?

Apa sajakah tujuan atau fungsi penciptaan manusia ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia & Asal Usul Penciptaannya

Penciptaan Manusia

Asal kejadian manusia sudah tidak dapat dipungkiri bahwa asal penciptaan manusia adalah dari tanah, baik secara langsung seperti penciptaan Nabi Adam atau melalui proses penciptaan secara ilmiah seperti anak cucu Adam. Firman Allah :

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah”.

(QS. Al Mu’minun: 12)

Ayat tersebut menjelaskan tentang asal penciptaan manusia yaitu dari saripati tanah.

Tahapan kejadian manusia :

a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)

Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :

"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)

Ada beberapa riwayat yang menceritakan tentang proses penciptaan Nabi Adam :

Riwayat Ibnu Abbas:

” Nabi Adam diciptakan dari tanah yang diambil dari daerah tertentu antara lain kepala diambil dari tanah Ka’bah, dada diambil dari belahan bumi, perut diambil dari tanah India, tangan diambil dari tanah bagian timur dan kaki diambil dari tanah bagian barat “.

Riwayat Wahab bin Munabbih:

” Nabi Adam diciptakan dari tujuh macam tanah, kepalanya dari tanah pertama, lehernya dari tanah kedua, dadanya dari tanah ketiga, tangannya dari tanah keempat, punggungnya dari tanah kelima, perutnya dari tanah keenam dan paha dan anusnya dari tanah ketujuh “.

Riwayat lain:

” Nabi Adam diciptakan dari tanah yang diambil dari tanah tertentu antara lain: kepala dari tanah Baitul Maqdis, wajah dari tanah syurga, telinga dari tanah bukit Tursina, dahi dan punggung dari tanah Irak, gigi dari tanah Kawtsar, tangan kanan dari tanah Ka’bah, tangan kiri dari tanah Persia, kaki dari tanah India, tulang dari tanah gunung, kemaluan dari tanah Babil, perut dari tanah Khurasan, hati dari tanah syurga Firdaus, lidah dari tanah Thaif dan mata dari tanah Telaga Nabi “.

Riwayat lain:

” Allah memerintahkan malaikat untuk membuat bentuk tubuh Adam dengan tanah yang dicampur dengan empat macam air yaitu air tawar untuk liurnya, air asin untuk air mata dan keringatnya, air manis untuk ingusnya dan air pahit untuk kotoran telinga. Setelah bentuk selesai maka dibuatkan sembilan lubang: Dua lubang hidung, dua lubang telinga, dua lubang mata, lubang anus dan lubang kemaluan dan lubang mulut. Setelah sempurna maka ditiupkan ruh kedalam jasad “.

Firman Allah:

” Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur” (QS. Addahr: 2), Ayat ini menjelaskan penciptaan manusia secara proses ilmiah yaitu bercampurnya sperma laki-laki dengan ovum wanita. Air mani yang dihasilkan manusia berasal dari makanan atau minuman yang dikonsumsi sedangkan makanan atau minuman dihasilkan oleh bumi / tanah sebagai sumber kehidupan manusia.

b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri).

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa' ayat 1 yaitu :

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa' (4) : 1)

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :

"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim)

Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur'an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.

Di dalam Al Qur'an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah (12). Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik (14) “. (QS. Al Mu'minuun (23) : 12-14).

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)

Ungkapan ilmiah dari Al Qur'an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur'an dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).

Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur'an :

"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).

B. Fitrah Manusia

Pengertian Fitrah

Kata fithrah ( fitrah ) merupakan derivasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci, dan seimbang. Louis Ma’luf dalam kamus Al-Munjid ( 1980:120 ) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia, agama, sunah.

Menurut imam Al-Maraghi ( 1974:200 ) fitrah adalah kondisi dimana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.

Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk megetahui dan cenderung kepada kebenaran ( hanif ). Fitrah dalam arti hanif ini sejalan dengan isyarat Alquran :

“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ( Allah ); ( tetaplah atas ) fitrah Allah ynag telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah ( itulah ) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ( Ar-Ruum, 30:30 )

Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik, melainkan juga dalam arti rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Sedangkan fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapann yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat dikelompokan kepada dua hal, yaitu potensi fisik/jasmani dan potensi rohaniah.

a.. Potensi Fisik/Jasmani

Sungguh beruntunglah kita yang dikaruniai jasmani yang sempurna. Kaki, tangan, lidah, mata, hidung, telinga, perut adalah pemberian Allah yang harus kita syukuri dengan mempergunakannya untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi laranganNya. Dengan jasmani kita bisa merasakan kenikmatan hidup di dunia ini.

b. Potensi Rohani

Yaitu unsur manusia yang tidak kasatmata, yang menjadikan jasmani menjadi manusia yang hidup.

Potensi rohaniah terdiri dari :

1). Hanif

Hanif adalah kecenderungan kepada kebaikan yang di miliki manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum digelar kemuka bumi.

2). Potensi Akal

Akal dalam pengertian bahasa indonesia berarti pikiran, atau rasio. Harun Nasution ( 1986 ) menyebut akal dalam arti asalnya ( bahasa arab ), yaitu menahan, dan orang ‘aqil di zaman jahiliah yang dikenal darah panasnya adalah orang yang dapat menahan amarahnya dan oleh karenanya dapat mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Sedangkan akal dalam Alquran diartikan dengan kebijaksanaan ( wisdom ), intelegensia ( intelligent) dan pengertian ( understanding ). Dengan demikian di dalam Alquran akal diletakkan bukan hanya pada ranah rasio tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu jika akal diartikan hilunah atau bijaksana.

3). Qolb ( hati )

Al-qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik dan menurut Ibn Sayyidah ( Ibn Manzur : 179 ) berarti hati.

Musa Asyari ( 1992 ) menyebutkan arti al-qalb dengan dua pengertian , yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulat panjang, terletak disebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu. Keduanya merupakan kesatuan daya rohani untuk dapat memahami kebenaran sehingga manusia dapat memasuki suatu kesadaran tertinggi yang bersatu dengan kebenaran Ilahi.

4. Nafsu

Adapun nafsu dalam bahasa arab: al-hawa, sedangkan dalam bahasa Indonesia sering disebut hawa nafsu yaitu suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya.

Dorongan-dorongan ini sering disebut dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai kehendak dorongan bebas.

Nafsu dapat dikategorikan menjadi :

Nafsu Ammarah

Yaitu jiwa yang belum mampu membedakan yang baik dan buruk, lebih mendorong kepada tindakan yang tidak patut.

Nafsu Lawwamah

Yaitu jiwa yang telah memiliki rasa insaf dan menyesal setelah melakukan suatu pelanggaran, malu perbuatan buruknya diketahui orang lain tetapi belum mampu untuk menghentikan tindakannya.

Nafsu Musawwalah

Yaitu jiwa yang telah bisa membedakan yang baik dan yang buruk, telah bias menggunakan akalnya untuk menimbang mana yang baik dan mana yang buruk.

Nafsu Muthamainah

Yaitu jiwa yang telah mendapat tuntunan dan terpelihara sehingga mendatangkan ketenangan jiwa. Dengan jiwa ini akan melahirkan sikap dan perbuatan yang baik dan membentengi kekejian.

Nafsu Mulhamah

Yaitu jiwa yang memperoleh ilham dari Allah Swt dikaruniai ilmu dan dihiasi Akhlak Mahmudah.

Nafsu Raadliyah

Yaitu jiwa yang ridho kepada Allah, selalu bersyukur kepadaNya.

Nafsu Mardliyah

Yaitu jiwa yang diridhoi Allah.

Nafsu Kaamliyah

Yaitu jiwa yang sempurna.

Dengan nafsu manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan ke keadaan lain. Kecendrungan nafsu yang bebas jika tidak terkendali dapat menyebabkan manusia memasuki kondisi yang membahayakan dirinya. Untuk mengendalikan nafsu manusia menggunakan akalnya sehingga dorongan-dorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang menggerakan manusia ke arah tujuan yang jelas dan yang baik. Agar manusia dapat bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan untuk menunjukkan jalan yang akan harus ditempuhnya. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs al-mutmainnah yang di ungkapkan Alquran :

“Hai jiwa yang tenang. KembaMah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah kepada surgaKu.” .( Al-Fajr, 89:27-30 )

Dengan demikian manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah ( hanif )-nya dan mampu mengelola dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara harmonis.

C. Karakteristik Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya di alam semesta. Manusia mempunyai 4 karakteristik yaitu :

v Aspek Kreasi

Ha ini bisa dibandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaan, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari pada simpase, demikian pula orang-orang lainnya.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk.

(At-Tiin, 95:4)

v Aspek Ilmu

Hanya manusia yang mungkin punya kesepatan memahami lebih jauh alam semesta di sekelilingnya. Pengetahuan hewan sangat terbatas pada naluri dasar yang tidak bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Tetapi manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.u

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) keseluruhannya..

(Al-Baqarah, 2:31)

v Aspek Kehendak

Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan-pilihan dalam hidup. Parkarena pengaruh malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat

Sesunggunya Kami telah menunjukan (anusia) jalan yang lurus, ada yang syukur ada pula yang kufur. (Al-Insan, 76:3)

v Pengarahan Akhlak

Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk akhlaknya. Manusia pada dasarnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi seorang penjahat, demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu maka diperlukan manusia untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan dating.

D. Kedudukan Manusia

a. Kedudukan Manusia Sebagai Khalifah

Selain bertugas sebagai hamba yang harus selalu mengabdi, manusia hidup di dunia memiliki kedudukan terhadap makhluk-makhluk yang lainnya. Fungsi ini dinamakan dengan fungsi kekhalifahan (khilafah), sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah;

”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi….” (Al-Baqarah:30)

Khalifah secara bahasa berarti pengganti atau wakil. Maka manusia di muka bumi ini menjadi khalifah Allah, atau wakil Allah. Ibnu Jarir at-Thabari menjelaskan, bahwa Allah mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya untuk menggantikan Allah dalam memutuskan perkara secara adil terhadap makhluk-makhluk Allah.

Dr. Quraisy Syihab menjelaskan tentang kekhalifahan ini, “Ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”.Pengangkatan manusia sebagai khalifah ini berkaitan dengan anugerah sifat ketuhanan kepada manusia, di antaranya adalah kehendak (iradah).Manusia yang bebas berkehendak dan bebas memilih ini diuji oleh Allah, mau berkehendak yang sesuai dengan Dzat yang mewakilkan atau tidak. Dan kelak manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas jabatannya sebagai khalifah itu di akhirat.

b. Pembagian manusia sebagai hamba Tuhan sekaligus khalifah-Nya

1. Golongan yang tidak tahu atau tidak sadar yang mereka itu hamba Tuhan dan khalifah-Nya

2. Golongan yang tahu bahwa mereka adalah hamba dan khalifah Allah di bumi tetapi rasa kehambaan dan kekhalifahannya tidak ada atau tidak wujud.

3. Golongan yang merasa kehambaan dan kekhalifahan kepada Allah di bumi. Rasa kehambaan dan rasa kekhalifahannya kepada Allah itu kuat.

4. Golongan yang sifat kehambaannya dan memperhambakan diri kepada Allah lebih menonjol daripada kekhalifahannya kepada Allah.

5. Golongan yang sifat kekhalifahannya kepada Allah lebih menonjol daripada sifat kehambaannya

E. Misi dan Fungsi Penciptaan Manusia

1. Manusia dan Misi

Manusia di dalam hidup ini memiliki tiga misi khusus: misi utama; misi fungsional; dan misi operasional.

a. Misi utama

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Q.S. Adz Dzariyat: 56-58)

Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Maka, setiap langkah dan gerak-geriknya harus searah dengan garis yang telah ditentukan. Setiap desah nafasnya harus selaras dengan kebijakan-kebijakan ilahiah, serta setiap detak jantung dan keinginan hatinya harus seirama dengan alunan-alunan kehendak-Nya. Semakin mantap langkahnya dalam merespon seruan Islam dan semakin teguh hatinya dalam mengimplementasikan apa yang telah menjadi tugas dan kewajibannya, maka ia akan mampu menangkap sinyal-sinyal yang ada di balik ibadahnya. Karena, dalam setiap ibadah yang telah diwajibkan oleh Islam memuat nilai filosofis, seperti nilai filosofis yang ada dalam ibadah shalat, yaitu sebagai ‘aun (pertolongan) bagi manusia dalam mengarungi lautan kehidupan (al-Baqarah:153), dan sebagai benteng kokoh untuk menghindari, menghadang, dan mengantisipasi gelombang kekejian dan kemungkaran (al-Ankabuut: 45).

Qs. Al-Ankabuut : 45

“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan “.

Adapun nilai filosofis ibadah puasa adalah untuk menghantarkan manusia muslim menuju gerbang ketaqwaan, dan ibadah-ibadah lain yang bertujuan untuk melahirkan manusia-manusia muslim yang berakhlak mulia (al-Baqarah: 183 dan aat-Taubah:103). Maka, apabila manusia mampu menangkap sinyal-sinyal nilai filosofis dan kemudian mengaplikasikan serta mengekspresikannya dalam bahasa lisan maupun perbuatan, ia akan sampai gerbang ketaqwaan. Gerbang yang dijadikan satu-satunya tujuan penciptaannya.

Maka, dalam bingkai misi utama ini, manusia bisa diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sabiqun bil khairat, muqtashidun, dan dzalimun linafsihi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai berikut.

§ Sabiqun bil khairat

Hamba Allah SWT yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba yang tidak hanya puas melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh-Nya, namun ia terus berlomba dan berpacu untuk mengaplikasikan sunnah-sunnah yang telah digariskan, dan menjauhi hal-hal yang dimakruhkan. Akal sehatnya menerawang jauh ke depan untuk menggagas karya-karya besar dan langkah-langkah positif. Hati sucinya menerima pilihan-pilihan akal selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Inilah hamba yang selalu melihat kehidupan dengan cahaya bashirah. Hamba yang hatinya senantiasa dihiasi ketundukan, cinta, pengagungan, dan kepasrahan kepada Allah SWT.

§ Muqtashidun

Hamba Allah yang masuk dalam kategori ini adalah manusia muslim yang puas ketika mampu mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Dalam benaknya, tidak pernah terlintas ruh kompetitif dalam memperluas wilayah iman ke wilayah ibadah yang lebih jauh lagi, yaitu wilayah sunnah. Imannya hanya bisa menjadi benteng dari hal-hal yang diharamkan dan belum mampu membentengi hal-hal yang dimakruhkan.

§ Dzalimun linafsihi

Hamba yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang masih mencampuradukkan antara hak dan batil. Selain ia mengamalkan perintah-perintah Allah SWT, ia juga masih sering berkubang dalam kubangan lumpur dosa. Jadi, dalam diri seorang hamba ada dua kekuatan yang mempengaruhinya, tergantung kekuatan mana yang lebih dominan, dan dalam kelompok ini, nampaknya kekuatan syahwat yang mendominasi kehidupannya, sehingga hatinya sakit parah.

b. Misi fungsional

Selain misi utama yang harus diemban manusia, ia juga mempunyai misi fungsional sebagai khalifah. Manusia tidak mampu memikul misi ini, kecuali ia istiqamah di atas rel-rel robbaniah. Manusia harus membuang jauh bahasa khianat dari kamus kehidupannya. Khianat lahir dari rahim syahwat, baik syahwat mulkiah ‘kekuasan’, syahwat syaithaniah, maupun syahwat bahaimiah ‘binatang ternak’.(al-Jawab al-Kaafi, Ibnu Qaiyim al-Jauziah)

Ketika jiwa manusia di kuasai oleh syahwat mulkiah, maka ia akan mempertahankan kekuasaan dan kedudukannya, meskipun dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Islam. Ia senantiasa melakukan makar, adu domba, dan konspirasi politik untuk menjegal lawannya (al-Anfal: 26-27 dan Shaad: 26)

Qs Shaad : 26

“ Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan “.

Adapun ketika jiwa manusia terbelenggu oleh syahwat syaithaniah dan bahaimiah, maka ia akan selalu menciptakan permusuhan, keonaran, tipuan-tipuan, dan menjadi rakus serta tamak akan harta. Misi operasional

Manusia diciptakan di bumi ini—selain untuk beribadah dan sebagai khalifah, juga harus bisa bermain cantik untuk memakmurkam bumi (Huud: 61). Kerusakan di dunia, di darat, maupun di lautan bukan karena binatang ternak yang tidak tahu apa-apa, tetapi ia lahir dari tangan-tangan jahil manusia yang tidak pernah mengenal rambu-rambu Tuhannya. Benar, semua yang ada di bumi ini diciptakan untuk manusia, namun ia tidak bebas bertindak diluar ketentuan dan rambu ilahi (ar-Ruum: 41). Oleh karena itu, bumi ini membutuhkan pengelola dari manusia-manusia yang ideal. Manusia yang memiliki sifat-sifat luhur sebagaimana disebutkan di bawah ini.

1. Syukur (Luqman: 31)

“ Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur”

2. Sabar (Ibrahim: 5)

3 Mempunyai belas kasih (at-Taubah: 128)

“ Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin “

4. Santun (at-Taubah: 114)

5. Taubat (Huud: 75)

“ Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang Penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah “

6. Jujur (Maryam: 54)

Dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan nabi “

7. Terpercaya (al-A’raaf: 18)

Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya harus mampu mengendalikan nafsu dan menjadikannya sebagai tawanan akal sehatnya dan tidak sebaliknya, diperbudak hawa nafsu sehingga tidak mampu menegakkan tonggak misi-misinya. Hanya dengan nafsu muthmainnahlah, manusia akan sanggup bertahan mengibarkan panji-panji kekhilafahan di antara awan jahiliah modern, sanggup mengaplikasikan simbol-simbol ilahi dalam realitas kehidupan, membumikan seruan-seruan langit, dan merekonstruksi peradaban manusia kembali. Inilah sebenarnya hakikat risalah insan di muka bumi ini.

2. Tujuan atau fungsi penciptaan manusia

”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 30)

Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat. Untuk menjalankan tugasnya itu manusia dilengkapi dengan perangkat yang sempurna. Perangkat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar manusia dapat memiliki waktu untuk mengembangkan potensinya itu.

Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak menyembah yang selainNya. Sebab menyembah dan mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia menjadi resah-gelisah dan gundah-gulanah. Sesungguhnya dunia ini fana. Dunia hanyalah fatamorgana, khayalan, imajinasi. Mencintai yang fana akan membuat kita takut kehilangan. Dan dunia memang pasti akan sirna. Tetapi dengan berpegang kepada Allah Yang Kekal, kita akan merasa mantap.

”Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (QS. Ar-Rahman: 26-27)

Seharusnya kita sadar bahwa kita hanyalah suatu ciptaan. Allah menciptakan kita bukan sekedar iseng. Allah menciptakan kita untuk suatu yang besar, untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tetapi kita sering melupakan Allah disebabkan kita terlalu asyik dengan pekerjaan kita.

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. (Q.S. Al-Anbiya`: 16 atau Adh-Dhukhan: 38)

Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka.( Q.S. Az-Zukhruf: 83)

”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (Q.S. Al-Ahzab: 72)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asal kejadian manusia diciptakan adalah dari tanah, , baik secara langsung seperti penciptaan Nabi Adam atau melalui proses penciptaan secara ilmiah seperti anak cucu Adam. Manusia memiliki fitrah, fitrah adalah kondisi dimana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya. Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapann yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat dikelompokan kepada dua hal, yaitu potensi fisik/jasmani dan potensi rohaniah.

Dari segi karakteristik manusia memiliki empat karakteristik yaitu : aspek kreasi, aspek ilmu, aspek kehendak dan pengarahan ahlak.

Kedudukan manusia di bumi adalah sebagai kholifah sesuai debgan surat al-Baqarah ayat 30. Manusia juga memiliki tiga misi penting yaitu misi utama, misi fungsional dan misi operasional.

B. Saran

Sebagai umat Islam kita harus bebar-benar memahami ajaran agama islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah sehingga kita dalam menghadapi hidup dapat sesuai dengan fungsi penciptaan kita yaitu selain menghamba kepada Allah SWT juga sebagai kholifah dimuka bumi ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar