MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
( Contextual Teaching and Learning / CTL )
A. Latar Belakang
Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.
B. Pengertian
Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah berkembang di negara – negara maju dengan berbagai nama. Di negeri Belanda berkembang Realistic Mathematics Education ( RME ) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Di Amerika berkembang Contextual Teaching and Learning ( CTL ) yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang di pelajari dengan kehidupan mereka. Sementara itu di Michigan juga berkembang Connected Mathematics Project ( CPM ) yang bertujuan mengintegrasikan ide matematika ke dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang di pelajarinya dengan baik dan mudah.
Menurut Johnson 2002 : 25 ( dalam Nurhadi ) CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari – hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Sedangkan menurut Yoyo ( 2006 ) CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang di ajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang di miliki dan penerapannya dalam kehidupan sehari – hari.
C. Karakteristik
Menurut Johnson 2002 : 24 ( dalam Nurhadi ) ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual yaitu :
1. Melakukan hubungan yang bermakna ( making meaningful connections )
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minat secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau kelompok, dan orang dapat belajar sambil berbuat.
2. Melakukan kegiatan – kegiatan yang signifikan ( doing significant work )
Siswa membuat hubungan – hubungan antar sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
3. Belajar yang diatur sendiri ( self – regulated learning )
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan : ada tujuannya, urusannya dengan orang lain, hubungan dengan penentuan pilihan dan ada produk / hasil yang sifatnya nyata.
4. Bekerja sama ( collaborating )
Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif ( critical and creative thinking )
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa ( nurturing the individual )
Siswa dapat memelihara pribadinya. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa, siswa juga menghormati temannya dan orang dewasa.
7. Mencapai standar yang tinggi ( reaching high standards ).
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “ excellence “
8. Menggunakan penilaian autentik ( using authentic assessment ).
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.
D. Fokus Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal – hal sebagai berikut :
1. Belajar Berbasis masalah ( Problem – Based Learning )
Yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
2. Pengajaran Autentik ( Authentic Instruction )
Yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna.
3. Belajar Berbasis Inquiri ( Inquiry – Based Learning )
Yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar Berbasis Proyek / Tugas ( Project – Based Learning )
Yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan belajar siswa ( kelas ) di desain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
5. Belajar Berbasis Kerja ( Work – Based Learning )
Yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah.
6. Belajar Berbasis Jasa – Layanan ( Service Learning )
Yang memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa – layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah.
7. Belajar Kooperatif ( Cooperative Learning )
Yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar.
E. Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Beberapa prinsip yang harus dipegang oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual antara lain :
1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajiban perkembangan mental ( developmentally appropriate ) siswa.
2. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung ( independent learning groups).
3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri ( self – regulated learning ).
4. Mempertimbangkan keragaman siswa ( disversity of students ).
5. Memperhatikan multi – intelegensi ( multiple – intelligences ) siswa.
6. Menggunakan teknik – teknik bertanya ( Questioning )
7. Menerapkan penilaian autentik ( Authentic assessment )
F. Tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual
1. Kontruktivisme ( Contructivism )
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong – konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta – fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
2. Menemukan ( Inquiry )
Merupakan inti pembelajaran berbasis CTL, pengetahuan dan ketrampilan yana diperolswa hasil dari menemukan sendiri.
Kegiatan inquiri sebenarnya sebuah siklus. Siklus tersebut terdiri dari langkah – langkah sebagai berikut :
• Merumuskan masalah ( dalam mata pelajaran apapun )
• Mengumpulkan data melalui observasi
• Menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya.
• Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.
3. Bertanya ( Question )
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran.
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )
Manfaatnya yaitu melatih siswa untuk bekerjasama, memberi dan meminta informasi. Prakteknya di kelas terwujud dalam :
a. Pembentukan kelompok kecil
b. Pembentukan kelompok besar
c. Mendatangkan narasumber atau ‘ ahli ‘
d. Bekerja dengan kelas sederajat
e. Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
f. Bekerja dengan sekolah diatasnya
g. Bekerja dengan masyarakat.
5. Permodelan ( Modeling )
Dalam pembelajaran ada model yang ditiru ( bagaimana cara belajar),misalnya cara membaca peta, cara menemukan kata kunci. Guru bukan satu – satunya model, bisa dari siswa atau narasumber.
6. Refleksi ( Reflection )
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu.
Realisasi refleksi antara lain :
• Pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh pada hari tersebut
• Catatan atau jurnal di buku siswa
• Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari tersebut
• Diskusi
• Hasil karya
7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assesment )
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkrmbangan belajar siswa.
Karakteristik Authentic Assesment antara lain :
• Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
• Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
• Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
• Berkesinambungan
• Terintegrasi
• Dapat digunakan sebagai feed back
G. Penerapan CTL dikelas
Menurut Yoyo ( 2006 ), secara garis besar langkah – langkah penerapan CTL dikelas yaitu :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu anak dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
H. Peran Guru
Agar proses pengajaran kontekstual lebih efektif, guru perlu melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan di pelajari oleh siswa.
2. Memahami latar belakang sekolah dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual.
4. Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka.
5. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.
6. Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa.
I. Lima Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual
Center of Occupational Research and Develompent ( CORD ) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual yaitu :
1. Relating
Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
2. Experiencing
Belajar ditekankan kepada penggalian, penemuan, dan penciptaan.
3. Applying
Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam konteks pemanfaatannya.
4. Cooperating
Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan sebagainya.
5. Transferring
Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi atau konteks baru.
J. Perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran tradisional
No PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PEMBELAJARAN TRADISIONAL
1. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Siswa adalah penerima informasi secara pasif
2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi Siswa belajar secara individual
3. Pembelajaran diakaitkan dengan kehidupan nyata Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan
5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
6. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor
7. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural : rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan ( drill )
8. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dan lain - lain Hasil belajar hanya diukur hanya dengan tes
9. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting Pembelajaran hanya terjadi di dalam kela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar